Translate

Quotes

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)

Minggu, 22 Januari 2012

POCONG KOK REMPONG




Oleh: Jefri Setyawan





Tepuk tangan yang menggemuruh membuat sepasang sahabat itu membusungkan dada. Mereka adalah Mini dan Lena, nama lengkapnya Tumini dan Marlena. Kerlap kerlip aneka macam lampu lighting menghiasi area pemakaman, tak urung membuat wajah pendatang barunya berbinar ceria. Tapi sayang, penampilannya sepintas lingkup alamnya. Alam Barzah. Kebayang kan?



Keduanya baru meninggal seminggu yang lalu akibat OD saat dugem. Tak khayal kedatangannya telah mempunyai gelar beken Cong Mini dan Cong Lena. Rempong juga ya dunia demit. Mereka berdua pulang setelah nyanyi duet, yang diwajibkan bagi anak baru (baca: baru mati) sekedar perkenalan.



"Chin, kayaknya loe ama eike bakal jadi racccuuun gaib deh di negeri ini" ucap Cong Mini antusias yang tak luput dari gigi tonggos bagian atasnya. Cong Mini atau Tumini semasa hidup mempunyai lengkap nama Tomo. Pantesan gayanya itu loh, cucur-cucur gimana gituh.

"Iya, hihihi pasti kita bakal terkenal. Memang sih, body aku kan sexy empat sehat lima sempurna" jawab Cong Lena dengan gaya sok putri Keratonnya.

"Tapi gak ada bedanya kaleee, situ sama eike. Kita sekarang sama-sama pocooong, kayak lepet, Chin" jawab Cong Mini.

"Kapan-kapan kita permak aja baju kita, sekalian gue mau nata rambut aku pake jambul terowongan Cassablanca" Cong Lina kaget, hingga tak sengaja ia tersandung karena keserimpet gaun kebangsaannya.

"Aduhh... gila ya, mana ada salon dia alam gaib gini!!!. Eike aja yang fashionista udah dari zamannya Siti Nurbaya nggak pernah tuh denger salon di alam demit" Cong Lena hanya mengangguk. Sesekali ia juga keserimpet baju adat barunya.

Sepanjang jalan menuju pemakaman desa sebelah. Mereka sempat membahas makanan, yang katanya Cong Lina kangen sama tumis petai, juga Cong Mini yang kangen lontong semurnya Mak Kempit semasa hidup. Obrolan terhenti ketika dilihatnya dipersimpangan jalan ada sosok yang menyamai diri mereka.



"Eh, Kanua si Fitri kan? Eh Pitri.... kanua kan?" ucap Cong Mini spontan.



"Ih... Kanua si Tumini, Chin?" ucap si pocong yang namanya Fitri itu.



"Siapa dia?" tanya Cong Lena setengah berbisik.



"Ember, Kemindang jeng malam-malam sendirian, nggak takut di icik-icik?"



"Heh, siapa dia?" ulang Cong Lena agak keras.



"Oh, itu si Kanjeng Mami Fitri, teman akika nyalon dulu, Chin. Dia sama kayak kita, mati gara-gara dugem" si Cong Lena hanya manggut-manggut.



"Kesindaaaaaaangggg... kenalin temen kanua, Tum!!!!" Kanjeng Fitri rupanya membuat Cong Lena pusing tentang perkataannya. Tak ada yang dimengerti sedikitpun.



"Eh, kanua nyusul eike metong rupanya.."



"Ihhhhhhh... Jeng Pitri bisa aja, jadi maluku deh eike"



"Kalian dari menong, kok sangar sekali?"



"Biasa Cong Fitri, daftar anggota baru" si Cong Lena menjawab dengan ramah.



“Eitssss... jangan panggil cong juga, panggilnya Kanjeng Mami Fitri, singkatnya cukung Jeng Fitri saja” tukasnya panjang kali lebar.



“Siap Jeng!!!!” semangat Cong Lena.



"Situ sendiri?" sambung Cong Mini.



"Akika habis jali-jali, nyalon, tadi juga belenjong ini beli teflon sama makarena dinner-dinneran gitu, Chin" jawab Kanjeng Fitri dengan mulutnya mencar-mencor bak bola bekel.



"AW...AW..AW... Sama sepong?" Kanjeng Fitri senyum-senyum sendiri menanggapi Cong Mini.



"OMG Sis!!!! Akika pamit capcus dulu ya, tuh ada kamtib kesindang!!!" tunjuk Kanjeng Fitri ke arah lelaki paruh baya yang berjalan ke arah mereka.



"Emang ada satpol PP di sini?" tanya Cong Lena penasaran.



"Bukan itu, tapi kamtibnya tukang basmi demit-demit, dia namanya Kaji Bodong, akika takut, dadahhhhhhh!!!" sekejap pocong di pinggir jalan itu tersisa dua potong saja.



“Begimana Len, tuh dia makin dekat?” ujar Cong Mini.



“Ah udah, kita lari saja, capek gue dari tadi loncat-loncat” saran Cong Lena. Disaat itu juga mereka berdua berlari sambil nenteng sendal high heels masing-masing. Lupa ya? Kan tadi habis manggung, wajar pocong bawa tuh sendal. Hehehehehe....





*Maaf apabila bahasa terlalu mencar-mencor. Saya juga merasa geli sendiri, ngarang tema ini*
NB: Kalau sahabat tidak mengerti bahasa diatas, dapat dicari kamus dari kata-kata tersebut di mbah google... >,<

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites