Translate

Quotes

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 10 Mei 2011

PEMANFAATAN LIMBAH MINYAK GORENG


BAB II
PEMBAHASAN

A. Siapa yang menjadi objek penelitian?
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh ibu Supatmi ini telah berjalan cukup lama. Dimulai dari sekitar tahun 1990 beliau sudah menggeluti profesi ini. Awalnya beliau memproduksi makan berat seperti molen, donat serta bakpao goreng.
Namu seiring perkembangan waktu, beliau tidak lagi meneruskan usaha yang dirintisnya. Pasalnya berbagai bahan-bahan yang dibutuhkan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Akhirnya, diputuskan mulai tahun 2000 beliau merintis kembali usahanya dengan membuat “Kripik Pisang”. Beliau tinggal di Gg.Kyai Hasyim Sumur waru depan Lapangan Sumur waru. Pertengahan tahun 2010 beliau memperluas produknya dengan membuat “Peyek Kacang”. Dan sekarang beliau lagi mengembagkan produknya dimulai dari “Peyek bayam”, “Kripik Singkong” dan lainnya. Namun, karena Kripik Pisang serta Peyek Kacang menjadi ikon favorit dilidah konsumen, beliau harus konsentrasi pada kedua ikon produknya tersebut.

B. Berapa modal yang diperlukan?
Dalam menjalankan usahanya beliau membutuhkan modal Rp 500.000,00 yang terinci untuk membeli pisang (Raja Nangka), bumbu dapur, minyak goreng, tepung beras, kacang tanah beserta plastik pembungkus. 
C. Apa yang menjadi permasalah dalam produktifitas kripik pisang dan peyek kacang?
Sisa limbah minyak goreng merupakan masalah yang serius bagi pengusaha seperti ibu Supatmi karena setiap menggoreng limbah yang dihasilkan berkisar  ¼- ½ kg per sekali menggoreng. Sifat fisik limbah tersebut berwarna cokelat kehitaman, terdapat partikel-partikel padat yang terlarut dalam minyak. Pengotor minyak goreng berasal dari pemanasan minyak yang berlebih dan debu-debu dalam krecek atau bahan yang digoreng hancur/gosong dapat juga menjadi pengotor. Kualitas minyak tersebut akan cepat turun/menjadi jelek bila minyak yang digunakan tidak baik. Oleh karena itu, pengusaha sangat membutuhkan cara mengolah sisa minyak goreng sehingga dapat memanfaatkan minyak limbah tersebut dengan kualitas produksinya (hasil penggorengan tetap baik) serta dari segi hygienitas hasil produksi tetap tinggi.
D. Bagaimana cara mengolah limbah minyak yang dihasilkan?
Cara mengelolahnya mudah sekali, beliau memberikan taburan tepung beras pada minyak goreng yang mulai menghitam dan alhasil menjadi kuning kembali tapi agak keruh. Kemudian beliau saring . Tapi ini bukan jaminan bahwa warna kuning menjadi jaminan minyak goreng yang bersih dan hygienis. Ibu Supatmi hanya menggunakan  2-3 kali saja dalam kebutuhan seperti menggoreng lauk atau ikan. Setelah itu, minyak tersebut beliau simpan dan beliau berikan kepada bengkel yang membutuhkan dengan imbalan seikhlasnya.
BAB III
TIPS MENGATASI LIMBAH MINYAK GORENG BEKAS
Minyak goreng merupakan salah satu sembako yang kita gunakan setiap hari. Namun minyak goreng bukanlah produk yang habis saat digunakan. Akibatnya, semakin banyak minyak goreng yang digunakan, maka semakin banyak limbah minyak goreng yang dihasilkan.
Apalagi minyak goreng yang kita gunakan sebagian besar berasal dari berbagai kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit sendiri sebagian besar berasal dari lahan hutan alam yang kemudian diubah fungsinya. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah bagaimana cara mengurangi, membuang dan mengatasi limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan.
Berikut adalah tips-tips yang dapat kita terapkan:
Kurangi penggunaan minyak goreng: Dari sisi kesehatan, terlalu banyak dan sering mengkonsumsi makanan yang digoreng tidaklah bagus. Nah, walaupun tampaknya sulit, jika kita mau, kita dapat mengurangi mengkonsumsi makanan yang digoreng. Dengan begitu, selain tubuh kita lebih sehat, kita juga dapat mengurangi jumlah timbulan limbah minyak goreng.

Gunakan alat masak yang hemat minyak goreng: Kamu penggemar gorengan? Hmm, jika memang tidak dapat menghindari penggunaan minyak goreng ketika memasak makanan favorit, maka gunakanlah alat masak (misal, penggorengan) yang hemat minyak atau malah justru yang tidak perlu minyak sama sekali untuk menggoreng. Teknologi sudah canggih, ayo cari gadget untuk masak.


Jangan membuang minyak goreng bekas sembarangan: Hindari membuang minyak goreng ke saluran dan/atau badan air karena selain minyak goreng tersebut lama-kelamaan dapat membeku dan menyumbat saluran, limbah tersebut juga dapat mencemari air sehingga mengganggu ekosistem air yang ada. Ngga mau dong punya predikat ‘pencemar lingkungan'?

Apakah minyak goreng bekas dapat didaur ulang? Yang paling baru, limbah minyak goreng juga dapat dijadikan bahan campuran untuk membuat bahan bakar biodiesel. Berita bagus bukan? Karena selain tidak ada lagi limbah minyak goreng (zero waste), hasil daur ulangnya dapat digunakan sebagai solusi ketergantungan kita terhadap penggunaan minyak bumi.


Nah, daripada kita buang sembarangan sehingga mencemari lingkungan, mulai sekarang kumpulkanlah minyak goreng bekas di rumah. Jika sudah banyak, kita dapat menjualnya pada pihak berwenang di kota setempat yang menerima minyak goreng bekas untuk diolah menjadi bahan bakar biodiesel.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sisa limbah minyak goreng merupakan masalah yang serius bagi pengusaha seperti ibu Supatmi karena setiap menggoreng limbah yang dihasilkan berkisar  ¼- ½ kg per sekali menggoreng. Oleh karenanya, jangan membuang minyak goreng bekas sembarangan: Hindari membuang minyak goreng ke saluran dan/atau badan air karena selain minyak goreng tersebut lama-kelamaan dapat membeku dan menyumbat saluran, limbah tersebut juga dapat mencemari air sehingga mengganggu ekosistem air yang ada.

B. Pesan
Lakukan beberapa tips cara mengolah limbah minyak goreng diatas secara bertahap.Entah dimulai dari lingkungan keluarga anda, lingkungan masyarakat hingga masyarakat luas.

C. Kritik dan Saran
Suatu karya apapun mustahil akan mencapai sebuah kata sempurna, namun disini penulis ingin meminta kritik dan saran anda guna memperbaiki penelitian kami yang berlanjut di waktu yang akan datang sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.

Rabu, 23 Maret 2011


Nurul Faridah, Penerobos Badai Kehidupan.
Kisah Srikandi SMANEGRA peniti karir dalam lintas pendidikan…

Ketika angin fajar mulai merapatkan dinginnya di sekujur tubuh manusia. Sorot sang mentari tinggal sekilas menantang dibalik pohon. Seketika itu juga gadis kelahiran Pasuruan, 10 mei 1994 ini mulai merangkai aktifitas kesehariannya.
                Nurul Faridah, begitu seluruh dunia akrab memanggilnya. Garis berparas ayu yang merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara ini, tinggal di daerah Nguling. Tepatnya di Jl. Pemandian Penunggul, RT/RW: 03/14 Gunungan, Nguling. Perlu menempuh jarak ± 10 km untuk melangkah di SMANEGRA. Namun jarak tak mampu mengalahkan kobar semangat yang melekat di benaknya agar dapat menimba ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak.
                Tinggal pada rangkulan keluarga yang telah bercerai, tak jua tanamkan guratan duka di wajahnya. Meskipun kesendirian kini mulai menghampiri untuk bersahabat. Sejak ia tamat SMP, Sang bunda merantau ke Riyadh, Arab Saudi untuk bekerja menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) dengan kontrak kerja selama dua tahun. Pekerjaan yang dilakoni ibunda tercinta semata-mata hanya ingin mencukupi kebutuhan hidup. Tujuannya agar ke dua buah hatinya yang masih bersekolah dapat melanjutkan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.
                Bukan hanya Sang bunda, kehadiran ayah pun tak selalu indahkan hari-harinya. Ayahnya yang bekerja di Brangga hanya menyempatkan diri pulang menengok ke dua buah hatinya setiap tiga atau empat hari sekali. Itupun kehadirannya hanya  memberikan uang Rp 15.000,00 untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari sekaligus uang saku sekolah yang harus cukup untuk dua hari. Cukup tak cukup harus ia sisakan untuk keperluan lainnya.
                Hidup adalah sebuah perjuangan. Perjuangan untuk melengkapi sebuah keterbatasan. Begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh gadis yang bercita-cita menjadi dokter ini. Karena minimnya uang yang di berikan, ia rela harus bekerja sampingan untuk menutupi kekurangannya. Salah satu pekerjaan yang di gelutinya adalah bejualan kerudung yang diambil dari kakak pertamanya yang telah berkeluarga. Selain itu, Nurul juga menjadi pelatih pramuka di SDN NGULING 3 kecamatan Nguling dengan honor Rp 50.000,00 setiap empat kali pertemuan.
                Namun, di tengah lika-liku hidup yang harus dihadapinya, Nurul Faridah mampu melebarkan sayapnya untuk tetap eksis di dunia pendidikan. Berbagi prestasi telah banyak ia torehkan. Ia Sang Juara Olimpiade Matematika tingkat SMP se Kabupaten Pasuruan. Bahkan tidak hanya berkecimpung di Pasuruan saja, ia juga mengukir tinta emasnya di Kabupaten Probolinggo.
                Pernah suatu ketika, jabatan yang di embannya sebagai bendahara kelas berujung pada keresahan. Pasalnya uang LKS ± Rp 1,7 juta raib dicuri salah seorang yang tinggal di Lingkungan rumahnya saat ia hendak mandi. Perasaan panik, kecewa dan bimbang tentu mendera. Sungguh malang sekali nasibnya, tiada orang tua yang seharusnya bisa ia jadikan sandaran beban hidupnya.Tangisan, rintihan dan jeritan hati seakan  menjadi hal biasa bagi gadis ini. Karena  semua itu tertutupi oleh kesabaran dan ketabahannya. Ia ambil uang tabungannya yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit dari hasil menjadi pemenang lomba. Dan syukur Alhamdulillah akhirnya uang tersebut bisa tergantikan.
                Setegar-tegarnya batu karang masih bisa tergoyahkan oleh hempasan ombak. Tak beda dengan figur gadis yang satu ini. Setegar-tegarnya seorang Nurul dalam menghadapi badai kehidupan, disisi lain masih tersirat sebuah kerinduan yang membayang dijiwanya. “Sebenarnya, saat saya melakukan sesuatu, saya selalu teringat ibu, tak ingin rasanya melupakan beliau meski hanya sekejap dan meskipun aku tidak merasakan hasil dan uang jerih payah ibuku tidak masalah, yang penting ibuku pulang dengan selamat”, ujarnya saat timred mengunjunginya pada hari Rabu (23/03/2011) lalu.
                Berlarut-larut dalam kesedihan bukanlah cirinya. Untuk menghilangkan rasa rindu pada Sang Ibu, ia alihkan sejenak fikirannya. Dengan mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positf seperti : les, pembinaan OSN, keja kelompok, berbisnis serta melatih pramuka adalah agenda setiap harinya.
Dari figur seorang Nurul Faridah inilah kita dapat berkaca diri. Menata hari esok untuk menjadi yang lebih baik lagi. Dan perlu kita ingat, perbuatan yang nyata jauh lebih indah dari sekedar kata-kata.

Hilyatul Aulia (XI-BHS)
Jefri Setyawan (X-6)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites