Translate

Quotes

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 29 Mei 2012

SEPASANG MATA PELANGI


Cerpen ini, merupakan karya yang saya ikutkan lomba menulis cerpen untuk pertama kalinya...
(no editing)


Suasana siang itu berubah menjadi keruh ketika hujan datang. Suara gemercik air telah menyerbu atap rumah penduduk yang kebanyakan memakai seng dari bekas limbah pabrik. "hei, Bima ayo ikut aku!!", sontak aku terkaget mendengar suara Pelangi yang memanggilku dari belakang rumah.
Ternyata keadaan luar rumah semakin cerah. Hujan yang tadi datang berubah menjadi gerimis kecil. Kami berdua terdiam duduk pada akar pohon yang tumbuh menjalar ke arah sungai tempat para anak desa kami mandi. Kami bertempat di bantaran Sungai Lawean Kecamatan Tongas yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan. Mata kami berdua seakan mengharap Tuhan melukiskan mahakaryanya yaitu pelangi. Tak berapa lama, gerimis pun mulai redah, para ibu dan pemuda lain terlihat melanjutkan aktifitasnya tadi yang sempat tertunda di sungai. Batas kesabaran kami berdua belum habis, hingga terpampanglah Pelangi yang tergambar elok berhiasan mega meganya. Karena kami lama memandanginya, tak terasa tangan kami berdua saling bergandengan. Secara sadar aku memberi isyarat pada pelangi agar melepaskannya. "iya maaf", ujar pelangi singkat. Rupanya pelangi itu telah pudar begitu kami berdua menyadari keadaan kami masing masing. Tiap ada hujan, pelangi selalu menjemputku ke rumah. Lima tahun sudah kebersamaanku dengan pelangi. Usiaku pun sdh 17 thn. Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Gerimis kembali mengguyur tanah kami setelah 1 bulan hujan tak kunjung datang. Tapi anehnya, setiap ada gerimis pelangi selalu menjemputku. Tapi kali ini dia tak datang ke rumah. "aku tahu dimana ia sekarang", ujarku dalam hati. Setelah keluar dari rumah segera aku keluar menuju tempat aku dan pelangi berbagi cerita tiap pelangi muncul.
"Ooii..... Tumben kamu tak menjemputku kerumah", tanyaku pada pelangi. Namun, kehadiranku di sana rupanya tak membuat dia sadar. Ku ulangi lagi kalimatku padanya. "eh, kamu bim .... Ya tadi aku lupa karena aku takut pelangi itu pudar lagi seperti dulu itu".
"oh, ya tidak apa2"
Seperti biasanya aku menghabiskan waktu bersama Pelangi sahabatku dengan disaksikan pelangi sang primadona angkasa.
Rupanya, lambat laun aku mulai merasakan hal aneh pada diriku. Setiap aku di dekat Pelangi selalu saja mataku berbinar-binar, hatiku begitu berbunga dan jantungku berdetak cepat. Mungkin aku merasakan jatuh cinta padanya. Ujian Nasional yang semakin dekat membuat aku harus lebih giat lagi dalam belajar. Apa lagi sainganku adalah Pelangi, sahabat sekaligus pujaan dalam hati.
Satu minggu sudah aku memendam rasa ini pada pelangi. Karena aku tak ingin berlama-lama memendam rasa ini, ku utarakan saja hati ini padanya. Saat itu seperti biasanya. Kami berdua berada dibawah pohon rindang tempat biasa kami menghabiskan waktu dengan pelangi Tuhan. Spontan aku pegang tangan dia, ku genggam erat dan ku taruh kedua tangannya pada dadaku. Ku bisikkan isi hati yang selama ini ada dalam hatiku. Andaikan waktu itu pelangi tuhan membawa kamera, mungkin foto kami berdua beredar luas pada jejaring sosial yg sedang maraknya. "pelangi, diri ini tersabda oleh hatimu, terikat kuat oleh bayangmu, fikirku terbang menerawang hatimu. Bilapun hari ini diri tak ada arti, ku ingin kaulah pemberi arti di hidupku ini, bingkailah hati ini dalam singasana hatimu. Ku ingin ku jadi pemenang di hatimu, aku mencintaimu ….. Ku tak ingin kau pergi tinggalkan hati yang terpahat utkmu", lega rasanya setelah aku ungkapkan rasa dalam hati ini. Sangat lama sekali aku mengungkapkan isi hatiku kepada Pelangi. Hingga kata kataku habis yang menyebabkan kami berdua diam sejenak tanpa kata. Namun, itu berlangsung tak lama. Anggukan dari pelangi sudah memberi jawaban yang pasti akan nasib hati ini. "Bima, kamu adalah sahabatku sejak kecil, entah kenapa aku selalu ingin dekat denganmu, aku sadar aku tak mungkin jatuh cinta kepada sahabatku sendiri. Oleh kerenanya, tadi aku tidak menjemput kamu kerumahmu. Namun, sekarang aku sudah jauh lebih tenang. Perasaanku adalah perasaanmu, hingga aku mau kau selalu ada di hati ini sampai kapan pun", ucap Pelangi.
"sungguh? Aku janji, kamulah pelangiku yg terakhir, pelangi harapanku dan pelangi impian".
" arrggh.. belum-belum udah ngegombal", celetuk Pelangi.
"hee..he..".
Akhirnya, saat itupun kami jadian. Kejadian aku memegang tangan pelangipun tetap aku lanjutkan.Di bawah pohon damar yang menaungi kami berdua, kami bercerita tentang kisah hidup masing-masing. Dari masa kanak kanak, TK hingga perjumpaan kami saat lulus SD. Namun, saat Pelangi bercerita saat ia SD, aku menangkap seperti ada tekanan batin yang ia rasakan. Namun, rasa tak enak hati untuk bertanya muncul. Rasa itupun sirna saat senyum Pelangi mengembang melukiskan dua lesung pipit yg mendalam. Gigi putih yang berbaris rapi serta rahangnya yang lancip dan hidungnya begitu mungil membuat dia semakin cantik saja dimataku.
"oh Tuhan, jangan biarkan senyumnya pudar karena ulahku, jangan pernah beri sakit hati dia karena aku, lindungilah dia dalam setiap do'a dan perbuatan kekasihku", gumamku dalam hati.
Tiba tiba hujan besar datang menyerbu tanah kami. Sontak orang orang berlarian menuju rumah mereka masing masing. Tiba tiba suara yang begitu keras mengagetkan kami berdua.
"hei Bima Pelangi, cepatlah pulang! Orang tua kalian mungkin khawatir mencari kalian berdua", ujar mas niko yang merupakan adik kandung ibu Pelangi.
"iya mas", jawab Pelangi singkat.
Akhirnya, kami berpisah seraya kami berdua melambaikan tangan.
Sesampainya di rumah, aku bergegas menuju kamar mandi. Ku bersihkan seluruh badan yang dekil ini. Tak lupa ku pakai shampo beraroma mint dan sabun cair beraroma sirih. Ku sabun keseluruh tubuh.
Setelah itu, aku ganti baju berharap tidak masuk angin ku pakai sweater yang lumayan tebal dan segera beranjak tidur. Tiba tiba hapeku berbunyi. 1 pesan teks dari pelangi terpampang pada layar handphone yg kupakai. Segera ku buka dan aku terkaget akan isinya : "bila waktu adalah penghalang untuk kita bertemu janganlah pernah menyerah bersabar, bila jarak adalah jalan kita untuk sendiri janganlah peranh takut mencari aku, sabarmu ku tunggu. Bima pacarku tersayang, torehkan pena cintamu pada hatiku, lakukan yang terbaik untuk buktikan dirimu memang bisa jadi yang terbaik untuk aku, belajar yang rajin. Aku tunggu dirimu di pintu kemenangan dengan nilai UNAS yang membanggakan".
Hatiku begitu takjub akan pesona pelangi. "Aku berjanji, aku akan buktikan aku akan jadi yang terbaik bagi keluargaku dan terbaik dimatamu", batinku.
Setelah itu, aku melamun menatap langit-langit kamar seakan mencari tepian jawaban yang kucari. Hingga aku telah tak sadar bahwa aku mulai terbawa tidur dalam mimpi indah.
Bruuuaaaaak...!
"nak,. Pelangi kenapa kamu nak! pak…..!!!! bapak ini pelangi jatuh pingsan, mungkin sakitnya kambuh pak..!!!!!!", geger ibu Pelangi.
"panggilkan pak mantri aja buk, nanti biar dikasih obatnya".
Tragedi pingsannya seorang pelangi bukanlah hal yang tabu lagi bagi kedua orang tua mereka. Sejak pelangi lulus SD pun hal yang sama sering terjadi. Di tengah derasnya jalan pemukiman, sosok ibu pelangi berjuang menuju rumah pak mantri. Jarak yang ditempuh pun cukup jauh. Padahal rumah sakitpun dekat dengan rumahnya. Mereka hanya mampu memakai jasa mantri karena alasan biayanya yang relatif murah. Bila dibandingkan pelayanan rumah sakit yang disertai embel-embel biaya makan, ruangan atau apalah yang mewajibkan mereka membuang uangnya percuma.
Rumah pak mantri yg dekat disekitar pasar Tongas, mengharuskan ibu ibu 46 tahun ini harus berjuang ekstra keras menyusuri lalu lalang kendaraan dan orang orang disekitar tempat itu.
"bip..bip..bip..bip", suara alarm handphone Bima berbunyi. Waktu untuk sholat maghrib telah tiba. Bima yang saat itu masih menyiripkan matanya menahan kantuk hanya mengubah posinya menjadi duduk bersandar pada tembok usang rumahnya. Ada hal yang sempat ia fikirkan. Hatinya terlamun mengingat kejadian awal dia berjumpa dengan pelangi. Sosok gadis yang mempunyai senyum indah telah buatnya jatuh cinta.
"kenapa kau menangis?? anak cowok kok cengeng" tikam langsung anak itu pada aku.
"jika kamu jadi aku juga pasti kamu nangis!"
"emang kamu kenapa?"
"aku gak mau tinggal disini, aku pengen tinggal dikota tempat aku dulu main di Mall, main playstation"
"tinggal dimana pun itu sama saja, yang penting punya teman, kamu masih beruntung pernah merasakan suasana kota dan punya teman, berbeda dengan aku"
"teman itu apa? Di kota gak ada yang namanya teman apalagi di Mall"
"teman itu bukan benda tapi manusia sama seperti kita, teman ada kapanpun saat kita ceria ataupun saat kita nangis".
Mendengar dia saat itu aku menjadi takjub, aku bahkan tak tahu kenapa dia menghampiriku, persis ketika ibuku menenangkanku ketika aku dimarahi ayah.
"emangnya kamu punya teman?", tanyaku penasaran melihat lekat lekat matanya.
"ya, itulah aku. Siapa yang mau berteman dengan aku. Gadis cacat yang pasti saat orang melihat pertama kalinya bakal jijik", jawabnya cuek.
Aku bisa menyimpulkan bahwa dia adalah orang yang sangat tegar.
"aku aneh aja, baru pertama kali ngobrol dengan orang lain kayak kamu. Kalau begitu, kita jadi teman aja!", usulku pada anak itu.
"benarkah??aku tak salah dengar kan?"
"ya!", jawabku seraya ia memamerkan senyum manisnya didepanku.
Saat itu hampir tak ku pedulikan sekitar tempat itu, riuh suara ibu ibu yang mencuci pakaian di sore hari membuatkan pertunjukan yang jarang ku temui di kota. Entah aku lupa sudah berapa ribu kalimat yang aku ucapkan sejak dari tadi berbincang dengan anak itu. Hingga aku putuskan untuk mengajak anak itu kerumah baruku.
Sebenarnya aku masih ragu akan tempat tinggalku sekarang. Lantai beralas ubin batu tembok yang hanya dicat sekadarnya dan juga langit langit rumah yang masih tembus dengan genting. Tak ada tempat menarik sedikitpun. Hanya ada Sungai besar di ujung jalan menuju rumahku.Ya ini memang mimpi buruk bagi aku.
"hei, rumah kamu bagus ya, aku boleh kan tiap hari main kesini?", ujar anak itu yang membuyarkan lamunanku.
"panggil saja aku Bima, namamu siapa? Tadi kita sempat tidak berkenalan kayaknya".
"namaku Pelangi, orang tuaku berharap kelak aku menjadi kebanggaan bagi semua orang menggantikan kesedihan menjadi kebahagiaan persis seperti pelangi angkasa yang muncul ketika mendung hitam telah pudar", jawabnya panjang lebar padahal aku tidak menanyakan alasannya.
"ibu..ibu.. Ada teman Bima ini bu di depan", teriakku mencari ibuku pada setiap sudut sudut rumah. Ternyata ibuku sedang tidur. Aku sedih melihat ibuku yang harus terkena imbas semua ini. Ini semua gara-gara ayah yang selalu main judi padahal itu sudah tidak baik bagi dirinya. Akibatnya rumah dan kendaraan yang telah kami miliki harus disita bank karena hutang ayah yang menumpuk. Aku kembali tertegun ketika tadi Pelangi memuji rumah baruku ini. Siapa rebenarnya dia? Anak itu sungguh aneh, rumah ini dibilang bagus dan juga kenapa aku selama ini tidak pernah mempunyai seseorang sepertinya?", namun ku hanya mampu bergumam.
Setelah ku ketahui ibuku yang sedang tertidur pulas. Aku menyegerakan menemui Pelangi yang sedari tadi rupanya menunggu di depan rumah.
Aku persilahkan ia masuk dan ku suruh duduk pada kursi plastik merah jambu yang sempat ibu beli di pasar gotong royong Probolinggo sebelum kami sampai dirumah ini. Ku lirik pelangi yang sembari tadi melihat samping kiri sekitarnya.
"hei, rumah kamu dimana?", tanya aku memecah keheningan.
"rumahku dibelakang rumahmu ini selang tiga rumah rumah ke empat itu rumahku"
"oh....begitu!! Pelangi, aku boleh tanya sesuatu gak?"
"iya boleh, kenapa sih dari tadi kamu lirik kanan kiri?", tanyaku langsung.
"oh tidak, apa kamu gak sadar Bim, rumah kamu ini paling bagus dari rumah lainnya.. Tuh liat depan kamu, apalagi rumah aku Bim, kursi aja aku gak punya..".
Aku hanya diam saja mendengar celotehannya. Betapa miris hidup ini ketika Pelangi perlahan lahan meneteskan air matanya.
"ya sudahlah Bim, toh semua akan kembali kepada Sang Pencipta. Duniamu, kamu, aku, dan semua akan kembali ke Yang Kuasa. Ayo sekarang kamu kerumahku", ajak Pelangi padahal aku sudah capek sejak pagi tadi tak istirahat.
"ehm..maaf Pelangi aku capek, gini aja besok aku kerumah kamu deh..gimana? Tenang aku tau rumahmu kok..tiga rumah dari rumahku, yak kan?"
"ya sudah, dah...Bima..!", Pelangi itupun sudah pergi tak terlihat batang hidungnya dengan tongkat kayunya.
Aku lupa untuk mensegerakan sholat karena lamunanku tadi yang berkepanjangan. Dalam perjalanan menuju kamar mandi aku teringat Pelangi apakah dia sudah sholat apa belum, tapi aku sudah berjanji kepadanya kalau kita akan bertemu ketika pengumuman kelulusan SMP tiba. Air wudhu' petang itu begitu dingin dari biasanya bertolak belakang dengan Kota Probolinggo yang panasnya melelehkan tulang itu. Seusai sholat, aku sempatkan sejenak browsing internet sekedar mencari soal latihan UN dan tak lupa untuk mengupdate status "dinginnya air mengerti dinginnya hatiku, juwitaku tetaplah menjadi dirimu yang selalu ku banggakan dan selalu tegar". Tak lama kemudian user dengan nama AriePh Ndutz mengomentari statusku:
AriePh Ndutz : owWw.. Hem, gae sopo iku bim?
(buat siapa itu bim?)
Bima_Putra : gae pacarku, ate gae kowe lah ndak mboiz rek.
(buat pacarku, kalau buat kamu kan tidak seru)
AriePh Ndutz : yo..yo.. Aku percoyo,
(ya..ya..aku percaya)
Bima_Putra :percoyo nang gusti Allah rif! Kok percoyo aku musrik!
(percaya itu ke Allah, kalo percaya ke aku itu musrik!)
Setelah lama saling berbalas komentar, aku putuskan untuk menghentikannya karena ingin belajar. Suntuk juga menjadi siswa kelas tiga, sudah seminggu lagi harus UN. Waktu saat itu terlalu lama berputar. Memikirkan waktu tak tersadar aku terbuai dalam mimpi.

"ibu ini, obatnya diminum dua kapsul tiga kali sehari, seperti yang kami bilang tolong anak ibu dan bapak segera di operasi, karena penyakit tumor otak anak ibu sudah mulai berkembang di tubuhnya", ujar dokter kepada orang tuaku.
"Emak..Bapak, jangan bilang ini semua kepada teman teman apalagi Bima, pelangi tak ingin mereka khawatir dengan keadaan Pelangi", mendengar itu orang tua Pelangi hanya pasrah melihat anaknya tervonis penyakit ganas itu.

Lima hari kemudian...
"Bim.....tunggu Bim!!", panggil Arif padaku yang tengah berjalan menuju ruang guru.
"hei, tuh liat cewekmu lagi duduk manis diruang kelas", tunjuk Arif dengan jemarinya yang gemuk itu.
"biarlah rif, aku udah komitmen sama dia kalo kita bakal ketemu saat pengumuman kelulusan nanti!", ucapku sembari melihat Pelangi yang sedang duduk didepan kelasnya. Hatiku seakan luluh ketika melihat senyumnya yang ia pamerkan di depan temannya. Namun aku menangkap ada hal yang berbeda pada dirinya. Setelah lama kupandang dari jarak kurang lebih 200 meter memang ada hal yang berbeda pada dirinya. Matanya ya tak salah lagi matanya pelangi sedikit bengkak. Apa mungkin selama ini dia memelototi fotoku ya?? Pikirku saat itu.

Akhirnya hari ujian Nasionalpun tiba, aku sangat senang sekali. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan Bima, dan aku juga akan membahagiakan emak dan bapakku ketika aku mendapatkan nilai yang bagus. Tiba-tiba tubuhku lunglai, mataku berkunang kunang dan semuanya gelap.
Aku merasakan tubuhku membentur ubin kelas seluruh keheningan yang sebelumnya ada kini menjadi riuh. Tubuhku ada yang mengangkat dan dibawanyalah ke UKS. Entah karena beberap menit aku tak sadarkan diri, aku segera dirujuk ke Rumah Sakit di kota Probolinggo. Suara tangis emakku memecah ketika melihat aku terbaring tak sadarkan diri. Hampir setengah jam kemudian aku tersadar. Memang benar, aku berada dirumah sakit.
Bau obat obatan merangsang urat syaraf otakku namun dokter sudah menyiapkan selang oksigen untuk membantu pernafasanku.  Aku teringat bahwa saat ini adalah hari ujian Nasional pertamaku. Segala bujuk raya dari guru guru dan emakku untuk menunda ujianku tak dapat aku terima. Terpaksa aku mengerjakan mata pelajaran B.Indonesia yang menjadi jadwal pertama hari itu. Lalu dengan tergesa-gesa emak dan bapakku dipanggil dokter rumah sakit itu. Aku beqharap sesuatu hal yang aku takutkan itu akan tiba. Operasi.  Selesai mengerjakan soal itu tepat pula Bima dan kawan kawan menjenguk ke ruangan tempat aku dirawat.

"operasinya dibutuhkan donor mata bu, karena dari hasil lab kami anak bapak dan ibu menderita tumor mata, tolong diperhatikan bu karena donor mata disini tidak ada jadi anak ibu akan dirujuk ke rumah sakit Dharma Husada Probolinggo, masalah biaya akan ditanggung pemerintah Probolinggo", ujar dokter pada kedua orang tua pelangi.

"makanya, kamu itu jangan telat sarapan gini kan jadinya",jawab bima.
"Maaf bim, aku membohongimu, aku tak sanggup membuatku khawatir kepada kondisiku", rintihku dalam hati.
"Pelangi, aku ke toilet dulu ya..", aku sungguh tak tahan menahan kencing sedari tadi disekolah. Perasaanku yang teraduk aduk sedari tadi akhirnya terjawab dengan kondisi pelangi yang baik baik saja.
"permisi mbak, toilet dimana ya?",tanyaku pada suster disitu.
"disebelah ruang dokter dek, dari sini belok kanan dan adek lurus saja"
aku langsung tancap kaki ketika sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada suster itu.
Lega dengan kencingku, aku bergegas menuju ruang Pelangi rawat inap kembali. Namun, karena aku melewati ruangan dokter dan terlihat dibalik jendela ada orang tuanya pelangi niat keingintahuanku muncul. Aku mencoba mendengarkan pembicaraan mereka tentang kondisi Pelangi.  Lama ku mendengarkan mereka. Namun ada hal yang mengganjal dari pembicaraan mereka. Mereka membutuhkan donor mata. Tetapi siapa yang akan menerima donor mata itu. Dokter itu berbicara dengan kedua orang tua Pelangi. "apakah itu berarti Pelangi penerima donor itu??Tidak!!!tidak mungkin". Mendengar perbincangan mereka hatiku sakit. Kekecewaan atas Pelangi sungguh diluar dugaanku. Mengapa dia tega kepada q menutupi semua keadaannya!! Padahal aku menerima dia apa adanya, dan aaaaaaaaaaaa......
Hari itu aku langsung pulang tanpa berpamitan kepada Pelangi. Malam yang panjang aku habiskan dengan jeritan hati yang tiada henti hingga membuatku cegukan karena menahan tangis agar orang rumah tidak mengetahui. Malam itu aku tertidur dan terbangun dini hari. Aku ingat pesan ibuku dikala pertama kepindahanku. "jangan bersedih, jangan pernah lupakan sholat, jika mau do'a kita dikabulkan maka perbanyaklah sholat malam", demikian beliau tanamkan sejak aku kecil.
"Tuhan, malam ini aku mengadu luka pada Engkau. Begitu sakit cobaan yang Engkau berikan kepada hamba. Hamba tak tega melihat orang yang hamba sayangi menopang cobaan yang Engkau berikan. Berikan sebuah harapan dalam hidupnya. Berikan kesehatan yang lebih kepadanya. Serta berikan kesembuhan baginya. Kuatkanlah hamba, dia, bapak dan ibunya. Berikan jalan bagi hamba bagaimana caranya untuk menjadi yang terbaik baginya, Tuhan jika Engkau mengizinkan hamba berjuang demi dia, kuatkanlah orang orang yang menyayangi hamba..AMIN".

Esok hari Matahari kembali menampakkan sinarnya……
Hujan shubuh tadi membuat aku terbangun lebih awal. Riuh kicauan burung yang bertengger diatas ranting pohon mengisyaratkanku untuk melihat ke arah mereka. Burung burung yang indah bernaungkan sepasang Pelangi kembar diatas mereka. Mengingat kejadian sore kemarin menyebabkan aku untuk mulai menerawang saat saat indah bersama pelangi.

Kejadian itu ketika aku belum menjadi kekasih Pelangi ……
Seperti biasanya seusai hujan aku menuju alun alun kota menyaksikan indahnya pelangi Tuhan.
"Bim, senang aku bisa seperti ini, aku harap suatu saat akan banyak pelangi diatas sana"
"aku juga berfikir begitu"
Hatiku kembali sakit mengingatnya. Dua buah pelangi diatas semoga jawaban atas do'a kami dulu. Disekolah aku mencoba konsentrasi untuk ujianku. Aku tak ingin karena ini, aku mengecewakan kedua orang tuaku.
Akhirnya Ujian Nasional pun telah selesai, itu berarti kami sudah terbebas dari masalah ujian dan pelajaran. Aku telah memutuskan bahwa aku yang akan menjadi donor mata untuk Pelangi. Sekalipun aku buta, aku tak perduli semua demi kebahagiaan Pelangi. Berbagai usaha untuk membujuk kedua orang tuaku dan orang tua Pelangi membuahkan hasil. Hatiku senang namun aku mencoba menguatkan ibuku karena ibuku sepertinya takut terjadi apa apa kepadaku.
Hari operasipun tiba..
Mataku cocok dengan mata Pelangi.Meski aku tak dapat melihat apa yang terjadi tetapi aku rela kalau semua bahagia.
1 jam menunggu..
Ibu dan bapak Pelangi sepertinya mondar mandir di depan ruang operasi.
2 jam..
2,5 jam..
Ya.. 3 jam berlalu operasipun belum selesai.
Akhirnya tepat pukul jam 3 sore operasipun selesai.. Itu artinya lebih dari 4 jam kami menunggu..
"bagaimana mak keadaan Pelangi?" tanyaku menatap bapak.
"alhamdulillah lancar nak", jawab ibu dari arah berlawanan.
"syukurlah.."
Aku sangat bahagia sekali hari ini, Pelangi sudah kembali normal dan aku mensegerakan untuk pulang karena aku tak ingin merusak kebahagiaan Pelangi karena melihat aku yang cacat mata.
Lima hari berlalu……………..
1 pesan diterima dari Pelangi,
2 pesan diterima dari Pelangi,
5 pesan diterima dari Pelangi,
10 pesan diterima dari Pelangi,
Aku tak ingin membaca apalagi membalas SMS dari pelagi telponnya pun aku rijek karena aku tak ingin Pelangi mengetahui keadaan sebenarnya.
Seminggu setelah itu adalah pengumuman kelulusan.Hatiku menjadi was-was menjelang pengumuman itu. Aku takut aku tak bias lulus akibat kurang Konsentrasi saat ujuian berlangsung.
“Tok…tok…tok…tok….”, suara pintu diketuk pertanda ada tamu yang datang. Ibuku sepertinya sigap membuka pintu itu.
“Bima nya ada mbak?”, Tanya perempuan di ujung sana seperti aku kenal suaranya.
“ahhhh….itu Pelangi dan emaknya!!!!”, aku kalut hingga aku terjatuh menimpa ubin rumah.Namun pelangi dengan sigap menangkapaku. Pelangi rupanya sudah memeluk akudan menagis di bahuku. Aku sudah sedari tadi menangis.
“Bim, kamu jahat! Aku ak menyuruh kamu untuk hidupku! Kau malah dengan kondisi begini!”, ucap Pelangi.
“Maaf…. Lebih baik kamu pergi saja! Aku sudah tak pantas untukmu!”
“Kenapa dulu aku pantas untukmu yang hanya orang cacat tak mempunyai kaki normal, kenapa kau mencintaiku. Apakah kau kasihan kepadaku? Aku benci Kau Bima!!!!!!”
Setelah panjang lebar Pelangi berbicara, akupun luluh dimatanya.
“Maaf, aku sesungguhnya cinta dan sayang kamu. Hal ini aku lakukan karena aku saying kamu. Apapun itu demikamu. Aku butapun itu semua karena bukti cintaku padamu, maafkan aku bila aku kasar denganmu”
“Jujur Bim, aku kecewa sama kamu….. tapi aku tak bisa berbohong jika aku cinta kamu, maafkan aku jika aku membuatmu begini…….”
Setelah itu, aku mulai kuat kembali hatiku sudah terisi dengan hati Pelangi walaupun tak dapat melihat wajah cantik Pelangi.

Aku ingin member kejutan kepada Bima hari ini. Semoga dengan donor ini Bima dapat kembali normal.
“Bim..ikut aku ayo…..”,ajak Pelangi.
“kemana?”
“udah ikut saja!”
Bima pasti tak menduga bahwa dirinya akan bisa melihat lagi. Aku tak ingin menyiksa orang yang telah menyayangia ku sampai ia berkorban dengan kedua bola matanya.
“Pelangi…. Ini tempat apa? Kok aku sedikit pusing bau obat ya?”, Tanya Bima
“Bim, kamu bakal bisa melihat lagi”
“Benarkah?”
“ya”
“ini mata siapa Pelangi? Apakah kau akan mengembalikan mataku yang kau milikki?”
“tidak, tadi pagi ada seorang yang meninggal yang menginginkan matanya untuk didonorkan”
Mendengar penjelasanku, Bima percaya dan bersedia menerima donor mata itu.
3 jam lagi Operasi dimulai. Suara adza dzuhur tiba. Aku segera bergegas sholat.
““ Yaa Allah..terimalah kehadiran hamba siang ini, Bantulah hamba untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta memperbaiki kualitas badahku kepada-Mu, Kuatkanlah orang yang hamba sayangi untuk menjalankan operasi nanti, berikan yang terbaik untuknya, Amin.”
Rupanya, jam operasi dimajukan dan ketika aku kembali keruangan Bima, dia sudah dibawa ke Ruang Operasi di Rumah sakitku dulu Dharma Husada Probolinggo.Berjam-jam kami menunggu harap-harap cemas, galau dan perasaan yang menyelimutiku takut operasinya gagal selalu berkecamuk, dan waktu yang dinantipun tiba.
“Pasien sudah berhasil dioperasi dan nanti 2 jam lagi perban matanya boleh dibuka”, ujur dokter itu. Akupun begitu bahagia. “Terimah kasih Ya ALLAH!!!!!!”, ucapku dalam hati.
Sekarang kami sedang berjalan bersama-sama di alun alun kota Probolinggo. Makan bakso dan minum es cendol kesukaan Bima. Hidup kami sungguh begitu sempurna karena kami diterima disalah satu SMA Negeri terbaik di kota Probolinggo karena dengan nilai UN kami yang cukup memuaskan. Siapa sangka nilai aku dan Bima adalah 37,75.Sungguh perjuangan yang begitu berat tetapi dengn cinta yang kami miliki semua itu terlewati dengan bahagia. Kami hidup bukanlah karena kami kuat didunia tetapi karena cinta, segalanya semua karena cinta Bima dan aku Pelangi.
“Pelangi….. ini awal perjalanan sesungguhnya, kamu siap menghadapinya dengan aku?”
“iya Bim, aku akan mencoba lebih baik untuk kamu dan keluargaku asalkan cintamu tetap ada saat aku lemah dan aku jatuh karena dunia”,.Aku sangat bahagia kerena cinta kami dewasa, karena cinta kami belajar dan karena cinta pula kami bisa. 


NAMA LENGKAP : JEFRI SETYAWAN
TTL : PASURUAN, 27 JULI 1995
ALAMAT LENGKAP : JL.RAYA SUMURWARU NO.19 RT/RW ; 11/05 - NGULING - KABUPATEN     PASURUAN – JAWA TIMUR
ALAMAT EMAIL : cute_enemy27@yahoo.co.id
 FACEBOOK : cute_enemy27@yahoo.co.id (Jefri Setyawan)
 NO TELEPON / HANDPHONE : 083837729368

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites