Goresan tinta yang masih basah tercetak begitu ayu.
Tangan yang menyangga dagu, mencari ide yang mengajak berteka-teki. Pojok kamar
terlihat tumpukan buku yang tersusun rapi menampilkan dioama yang ceria. Keseharian
sebagai pelajar suatu yang wajar dari dunia membaca dan menulis. Apa???
Wajar???. Omonganku ini berbanding terbalik dengan ketika ingat waktu itu. Keki
banget dengan menulis, apalagi membaca. Namun, terbukti sekarang uang jajan
yang biasanya untuk main PS kini terealisasikan dalam bentuk benda kotak yang
tengah saat ini ku kagumi.
*****
Masih kuingat siang itu . Seperti remaja biasanya
seusai sekolah tujuan utamaku ialah warnet. Maklum saat itu warnet adalah hal
yang baru meracunu desa. Pesonanya seakan trending
topic tiap harinya Tak luput dari rencana untuk membuka facebook, jejaring sosial yang makin ngetrend. Lama waktu klik sana klik sini
tak terasa sudah 50 kali jarum bertemu kembali dengan angka 12 nya. Hari itu
begitu miris, uang saku hanya cukup untuk membayar 1 jam, saya harus terima
nasib akhir bulan. Akhir-akhir ini isi dompet memang kering. Berjuang
memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Terlihat sebuah foto menarik terpampang
di wall profil FB saya. Saat itu memang
tak terbesit untuk melihat apa isi dan apa tujuan bahkan siapa yang menandai
saya. Berhubung waktu yang mengejar, tancappppppp!!!!!!. Emosiku seakan
dipermainkan. Sepintas terlihat tulisan rupiah yang cukup menggiurkan tercetak
di dalamnya. Siapa yang menolak melihat bila ada pengumuman yang memancing uang
di dalamnya. Klik.
Gambar itu menampilkan sosok aslinya. Namun masih
proses. Loading. Ya memang lemot
sekali warnet disini. Maklum penggunanya banyak, warnet baru belum satu minggu
usianya.
Jlebbbbb!!!!
Komputer di depanku padam, suara tat-tit-tut komputer bilik lainnya mengikuti
langkah benda di depanku. Aku menggerutu kesal dalam hati. Semua ibarat kita
minum tetapi tanpa air. Benar-benar bikin naik darah. Kuputuskan untuk pulang,
dan aku hanya membayar 1 jam saja.
Pernah ngerasain satu jam nahan pipis atau mules di
tengah macet? Muka pucat, keringat mulai mengucur deras dan sudah diujung
tanduk!
Perasaan itu aku alami sepanjang perjalanan pulang
ke rumah.
Malamnya, tak ku sia-siakan pergi ke warnet. Apalagi
kalau bukan melihat gambar itu. Memang rasa penasaran remaja lagi hot-hot nya.
"Monyetttttt!!!!!!"
"Biawak laknat!!!!"
"Eh Astaghfirullah!!!"
Tragedi! Hampir satu jam kombinasi sumpah serapah,
kata-kata sampah, sekaligus ucapan tobat keluar dari mulut saya. penyebabnya: Hampir satu jam lamanya saya
harus mengantri di warnet itu. Saya masih berkeliaran mondar-mandir kayak
mandor berharap-harap cemas, eh berharap-harap melas. Salah satu dari orang
yang ada di bilik itu seperti mau keluar. Dan benar jreengg....jrengggg!!! Ada
juga yang keluar. Langsung saja aku tancap komputer itu. Buka www.facebook.com lalu log in dan buka wall tadi. Lama, dan masih mencari dimana gambar itu.
Dimana….dimana…..dimana…..
Dan klik. Jrengggg....jreng.....
Ku baca dengan seksama kalimat yang ada di gambar
tersebut.
"Monyet kampung!!!,"
“Eh Astagfirullah”
Siapa yang tak kesal bila itu adalah banner lomba
cerita pendek yang diadakan oleh FLP cabang Probolinggo. Apa tidak tahu, saya
sangat ogah banget ikutan. Gak ada waktu. Tapi, yang lebih tepatnya saya males
ikut gituan. Sudah nggak bisa nulis eh mau ikut begituan. Jangankan nulis, baca
saja emak saya harus habis-habisan ngomelin saya dulu. It's not my type!!!!!!
Tapi, kupandangi lagi. Hei....!!!!
Hadiahnya itu loh nggak tanggung-tanggung 500 ribu
bro. Ah pusing banget kepala saya. Pengen ikut tapi, nggak pernah nulis.
Yaiyalah gimana bisa nulis cerita, baca aja nunggu ditimpuk sapu. Tapi, saya butuh uang. Beginilah nasib anak
remaja, kemana-mana harus sok bawa uang.
Rupanya seorang Jefri akan berubah. Ya, saya
mengambil tantangan itu. Dan anda tahu, apa yang saya lakukan setelah itu???
KLIK! tek-tek-tak-tak-tek KLIK!
Tertulis "Kumpulan Cerpen" pada google
search. Ya, saya mulai mempelajari tulisan orang lain. Ampun dah, baca
belum dua menit mata sudah kelap kelip. Rasa kantuk mulai menyergap si anti
baca. Derita gue banget sih. Namun, karena tekad membara, semangat yang 45 dan
niat lahir batin ingin memenangkan kontes itu, ceilah..... Kontes! maksud saya,
lomba cerpen itu, tiap waktu terus saya mencari bahan untuk cerita saya. Saat sekolah
tiap jam istirahat mencoba ke perpustakaan. Banyak yang memandang aneh diri
saya waktu itu. Ada yang menggumam ada pula yang rupanya berbisik-bisik
tetangga. Ya iyalah, seandainya kalian kenal saya tentu anda terheran-heran.
Kena demam apa ini anak sampai masuk perpustakaan. Sekali lagi, semua itu
terpatahkan dengan semangat 45, tekad membara dan niat lahir batin saya. Entah
sudah mendekati deadline masih saja saya tak mendapatkan ide sama sekali. Ku
ingat sepintas pesan bapak Dwi Cahyo guru matematika saya di SMA yang berkata
"Menulislah selama sepuluh menit tanpa henti, dan tulislah apa yang ada di
fikiranmu". Hal itulah yang saya lakukan menjelang deadline malam itu. Bisa anda bayangkan, seorang yang
phobia baca tulis, menulis cerita dalam waktu semalam? Apa jadinya??. Deadline
kala itu 1 Juli 2011, dan tepat pukul tiga sore saya mulai mengetik cerita itu.
Dengan ditunjang kemampuan ilmu komputer yang pas-pasan saja, ditambah niat
yang menggebu-gebu. Akhinya tepat jam 10 malam cerita itu rampung sudah.
Tetapi tak lengkap bila seorang Jefri hidup tanpa
kendala. Dan masalah datang lagi. Karena saat pelajaran TIK saya tidak suka membaca,
maka saya kesulitan untuk mengirim email. Ah, betapa malunya anak SMA minta
bantuan sama mbak pemilik warnetnya.
Haaaaaahhh!! Akhirnya selesai juga tepat jam
setengah sebelas.
Dua minggu saya menanti pengumuman itu. Kembali rasa
pengen pipis, tangan dingin untuk kedua kalinya saya rasakan.
Dan jrenggg...jreng..... Pengumuman sudah dimulai.
Dan ternyata
naskah first time saya berhasil tidak
lolos. Mimik muka saat itu bagaikan hantu. Pucat pasi, mbak penjaga warnet
menawari saya kopi susu. Gratis lagi. Semenjak kejadian itu, rasa anti membaca
saya bukannya bertambah tetapi semakin menghilang. Keseharian waktu saya
habiskan untuk browsing membaca
cerita-cerita di internet. Dan rutinitas ke perpustakaan kini meningkat. Hingga
uang jajan yang biasanya habis untuk main PS kini bisa ditabung untuk membeli buku.
Tak tanggung-tanggung buku sekelas terjemahan yang tebalnya cukup untuk
dijadikn bantal itu berhasil aku baca dalam waktu 3 minggu. Lama ya, memang
dengan begini aku bisa lebih mencintai hidupku. Selain itu saya juga aktif
dalam lomba online seperti mengikuti essai, cerpen, puisi. Dan berkat membaca
yang ekstra, dalam 1 bulan saja 2 puisi dan 1 cerpen saya sudah lolos bergabung
menjadi buku antologi yang diterbitkan secara indie.
Tips Kiat Cinta
Membaca:
Bagi pembaca pemula, hal yang perlu di sadari adalah
jangan dulu memilih buku yang tebal-tebal. Hal ini diakibatkan kalian akan
merasa bosan dan jenuh. Bacalah dulu buku yang tebalnya 50-100 halaman. Lalu
jika sudah terbiasa tingkatkan dari 100-200 halaman begitu seterusnya. Untuk
menunjang mood saat membaca, perhatikan tips dibawah ini:
-
Hindari membaca
dalam suasana anda bercengkrama dengan orang di sekitar anda, hal ini selain
mengganggu konsentrasi anda dalam membaca juga mereka akan risih melihat
kondisi anda.
-
Posisikan tempat
yang sepi, jiwa yang segar dan pikiran yang tenang dalam membaca
-
Dan yang
terakhir, cover buku yang menarik
bagi anda dapat membuat mood jadi berapi-api loh. Nggak percaya??? Buktikan
dulu dong!!!
Biodata Penulis:
Jef Kenzie. Pemilik nama asli Jefri Setyawan ini
lahir pada 27 Juli 1995 di Pasuruan, Jawa Timur. Saat kecil ia sempat mengikuti
lomba menulis cerita rakyat lokal. Tetapi, nasib baik belum menghampiri cowok
yang tak lepas dari lagu-lagu low end
ini. Kini ia menginjakkan kakinya bersekolah di SMAN 1 GRATI. Prestasi yang
pernah diraih yaitu finalis antologi cerpen Lelaki Beraroma Ayah, Puisi
September dan Antologi 100 puisi, 100 penyair (semuanya masih proses
penerbitan). Katanya ia ingin menjadi penulis best quality gitu...
Amin.
Email dan FB :
cute_enemy27@yahoo.co.id
Twitter : @jefrei_bj
No.Hp : 087754417749
0 komentar:
Posting Komentar