Translate

Quotes

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)

Selasa, 29 Mei 2012

99 PESAN KERINDUAN UNTUK PRESIDEN: Untuk Engkau Eja


Teruntuk Ayahanda Presiden
 Di-
Istana Cinta
Untuk Engkau Eja
Salam hangat sejahtera kami haturkan kepada Ayah.
Angin semilir seperti biasanya membuat kami merindu. Hentakkan burung emprit acapkali menemani pagi kami. Suara alam yang bergema, kini enggan diperdengarkan lagi. Hal yang menyatu dengan kami seakan lenyap. Jiwa yang terlebih sempurna kini tinggal seperempat kata. Semuanya sarat akan kehidupan yang tak semestinya.  Hal yang sangat kami rindukan di tengah hamparan alam yang meranggas. Sawah yang mulai menurunkan produksinya, ladang gembur terubah menjadi retakan mimpi. Mereka diam karena tak mengerti, terlebih kami. Bagaimana kehidupan bumi “anak kami” ?. Selalu pertanyaan itu yang membuat hati kian tersileti.
 Teringat saat usia kami tujuh tahun. Hujan yang menyapa bertubi seakan berkah. Saat itu air kian tak terurus, tubuh kami bermandikan keberkahan Tuhan. Bermain sepak bola hingga menjelang adzan maghrib lalu memetik jagung untuk diolah menjadi lauk makan malam. Lauk tak perlu membeli, sayur pula dapat dicari dengan mudah. Beras seakan limbah dalam gudang keluarga. Betapa indahnya masa kecilku dulu. Ketika padang bulan tiba, kami yang bermain ceria hingga semak-semak terubah menjadi koloni persembunyian anak desa. Hal yang begitu berbeda bagi anak sekarang.
Pernakah ayah tahu, sisi lain kehidupan desa kami? Ayah akan tertawa bila mengetahui buah randu yang dibuat kapas adalah camilan istimewa bila malam tiba. Tak memandang tua ataupun mudah. Semua membaur berebut mencolekkannya ke sambal belimbing yang sering dibuat emak-emak termasuk emak saya.
Ayah, pernakah ayah mengalami hal yang demikian?. Atau ayahpun mempunyai kesamaan dari cerita ini. Hal itulah ayah, yang membuat kami merindukan keasyikan tempo dulu. Kini bila hujan datang, wajib bagi kami untuk angkat perabotan rumah agar tak terendam air. Dulu kami begitu menikmati hujan, tapi kini ia menjadi musuh kami. Rimbunan semak yang dulu tempat bermain, kini harus kami relakan untuk pelebaran jalan. Angin yang biasa membawa kesejukkan seakan memuntahkan lahar menerpa wajah kami. Pohon yang membuat kami semangat bersekolah kini lenyap menyisahkan aura kemalasan. Ayah, selamatkanlah hidup kami, emak dan seluruh masyarakat pertiwi. Karna kami yakin engkau ayah pemimpin yang Tuhan kirimkan bagi pertiwi. Dengarkanlah keluhan kami.
Pasuruan, 19 November 2011
Jefri Setyawan, Pelajar kelas XI IPS SMAN 1 Grati



















Biodata:
Jef Kenzie. Penulis kelahiran Pasuruan, 27 Juli 1995. Pemilik nama asli Jefri Setyawan merupakan anak ke dua dari dua bersaudara. Sejak kecil menulis adalah hobinya. Namun, memasuki bangku SMA ia baru menekuni hobinya. Tercatat sebagai siswa SMAN 1 Grati jurusan IPS. Kebiasaannya ialah mendengarkan lagu-lagu low end tanah air. Beberapa prestasi menulis ia dapatkan. Kumcer Lelaki Beraroma Ayah(2011), Kumpulan Puisi September(2011) dan antologi lainnya serta berbagai even pernah ia juarai.


0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites