BAB II
PEMBAHASAN
A. Siapa yang menjadi objek penelitian?
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh ibu Supatmi ini telah berjalan cukup lama. Dimulai dari sekitar tahun 1990 beliau sudah menggeluti profesi ini. Awalnya beliau memproduksi makan berat seperti molen, donat serta bakpao goreng.
Namu seiring perkembangan waktu, beliau tidak lagi meneruskan usaha yang dirintisnya. Pasalnya berbagai bahan-bahan yang dibutuhkan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Akhirnya, diputuskan mulai tahun 2000 beliau merintis kembali usahanya dengan membuat “Kripik Pisang”. Beliau tinggal di Gg.Kyai Hasyim Sumur waru depan Lapangan Sumur waru. Pertengahan tahun 2010 beliau memperluas produknya dengan membuat “Peyek Kacang”. Dan sekarang beliau lagi mengembagkan produknya dimulai dari “Peyek bayam”, “Kripik Singkong” dan lainnya. Namun, karena Kripik Pisang serta Peyek Kacang menjadi ikon favorit dilidah konsumen, beliau harus konsentrasi pada kedua ikon produknya tersebut.
B. Berapa modal yang diperlukan?
Dalam menjalankan usahanya beliau membutuhkan modal Rp 500.000,00 yang terinci untuk membeli pisang (Raja Nangka), bumbu dapur, minyak goreng, tepung beras, kacang tanah beserta plastik pembungkus.
C. Apa yang menjadi permasalah dalam produktifitas kripik pisang dan peyek kacang?
Sisa limbah minyak goreng merupakan masalah yang serius bagi pengusaha seperti ibu Supatmi karena setiap menggoreng limbah yang dihasilkan berkisar ¼- ½ kg per sekali menggoreng. Sifat fisik limbah tersebut berwarna cokelat kehitaman, terdapat partikel-partikel padat yang terlarut dalam minyak. Pengotor minyak goreng berasal dari pemanasan minyak yang berlebih dan debu-debu dalam krecek atau bahan yang digoreng hancur/gosong dapat juga menjadi pengotor. Kualitas minyak tersebut akan cepat turun/menjadi jelek bila minyak yang digunakan tidak baik. Oleh karena itu, pengusaha sangat membutuhkan cara mengolah sisa minyak goreng sehingga dapat memanfaatkan minyak limbah tersebut dengan kualitas produksinya (hasil penggorengan tetap baik) serta dari segi hygienitas hasil produksi tetap tinggi.
D. Bagaimana cara mengolah limbah minyak yang dihasilkan?
Cara mengelolahnya mudah sekali, beliau memberikan taburan tepung beras pada minyak goreng yang mulai menghitam dan alhasil menjadi kuning kembali tapi agak keruh. Kemudian beliau saring . Tapi ini bukan jaminan bahwa warna kuning menjadi jaminan minyak goreng yang bersih dan hygienis. Ibu Supatmi hanya menggunakan 2-3 kali saja dalam kebutuhan seperti menggoreng lauk atau ikan. Setelah itu, minyak tersebut beliau simpan dan beliau berikan kepada bengkel yang membutuhkan dengan imbalan seikhlasnya.
BAB III
TIPS MENGATASI LIMBAH MINYAK GORENG BEKAS
Minyak goreng merupakan salah satu sembako yang kita gunakan setiap hari. Namun minyak goreng bukanlah produk yang habis saat digunakan. Akibatnya, semakin banyak minyak goreng yang digunakan, maka semakin banyak limbah minyak goreng yang dihasilkan.
Apalagi minyak goreng yang kita gunakan sebagian besar berasal dari berbagai kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit sendiri sebagian besar berasal dari lahan hutan alam yang kemudian diubah fungsinya. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah bagaimana cara mengurangi, membuang dan mengatasi limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan.
Berikut adalah tips-tips yang dapat kita terapkan:
Kurangi penggunaan minyak goreng: Dari sisi kesehatan, terlalu banyak dan sering mengkonsumsi makanan yang digoreng tidaklah bagus. Nah, walaupun tampaknya sulit, jika kita mau, kita dapat mengurangi mengkonsumsi makanan yang digoreng. Dengan begitu, selain tubuh kita lebih sehat, kita juga dapat mengurangi jumlah timbulan limbah minyak goreng.
Gunakan alat masak yang hemat minyak goreng: Kamu penggemar gorengan? Hmm, jika memang tidak dapat menghindari penggunaan minyak goreng ketika memasak makanan favorit, maka gunakanlah alat masak (misal, penggorengan) yang hemat minyak atau malah justru yang tidak perlu minyak sama sekali untuk menggoreng. Teknologi sudah canggih, ayo cari gadget untuk masak.
Jangan membuang minyak goreng bekas sembarangan: Hindari membuang minyak goreng ke saluran dan/atau badan air karena selain minyak goreng tersebut lama-kelamaan dapat membeku dan menyumbat saluran, limbah tersebut juga dapat mencemari air sehingga mengganggu ekosistem air yang ada. Ngga mau dong punya predikat ‘pencemar lingkungan'?
Apakah minyak goreng bekas dapat didaur ulang? Yang paling baru, limbah minyak goreng juga dapat dijadikan bahan campuran untuk membuat bahan bakar biodiesel. Berita bagus bukan? Karena selain tidak ada lagi limbah minyak goreng (zero waste), hasil daur ulangnya dapat digunakan sebagai solusi ketergantungan kita terhadap penggunaan minyak bumi.
Nah, daripada kita buang sembarangan sehingga mencemari lingkungan, mulai sekarang kumpulkanlah minyak goreng bekas di rumah. Jika sudah banyak, kita dapat menjualnya pada pihak berwenang di kota setempat yang menerima minyak goreng bekas untuk diolah menjadi bahan bakar biodiesel.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sisa limbah minyak goreng merupakan masalah yang serius bagi pengusaha seperti ibu Supatmi karena setiap menggoreng limbah yang dihasilkan berkisar ¼- ½ kg per sekali menggoreng. Oleh karenanya, jangan membuang minyak goreng bekas sembarangan: Hindari membuang minyak goreng ke saluran dan/atau badan air karena selain minyak goreng tersebut lama-kelamaan dapat membeku dan menyumbat saluran, limbah tersebut juga dapat mencemari air sehingga mengganggu ekosistem air yang ada.
B. Pesan
Lakukan beberapa tips cara mengolah limbah minyak goreng diatas secara bertahap.Entah dimulai dari lingkungan keluarga anda, lingkungan masyarakat hingga masyarakat luas.
C. Kritik dan Saran
Suatu karya apapun mustahil akan mencapai sebuah kata sempurna, namun disini penulis ingin meminta kritik dan saran anda guna memperbaiki penelitian kami yang berlanjut di waktu yang akan datang sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan.
0 komentar:
Posting Komentar