Pasuruan,
27 Desember 2011
Teruntuk
Ummiku Tercinta,
Di-
Rumah
Kerinduanku
Bismillah...
Assalamu’alaikum warakhmatullahi wabarakatuh
Kaifa
halk ya bunayya?
Seperti kata langit kepada bumi,
seperti ujar timur kepada barat.
Kedua hal yang tak pernah menyatu.
Kedua kata yang tak pernah
memahami, bahkan tak bisa menyadari.
Seperti sisi telapak tangan dengan
punggungnya begitu bersatu, tetapi tak saling melihat.
Untuk
Ummiku dalam hatinya yang penuh
keikhlasan. Pahamkah bila Ananda berujar begitu? Atau mungkin Ummi mengira, ini adalah surat yang salah
alamat kirim?
Ganjil
sekali \Ummi,
bila Nanda harus bercerita tentang kita. Karena terbiasa dengan sikap Nanda yang tertutup kepada
ummi. Jarang sekali Nanda saling berbagi, bercerita bahkan membicarakan hal
pribadi berdua. Tapi, jika ingin Nanda jujur, seperti ungkapan itulah kita.
Terutama Nanda yang memang bukanlah anak tak pandai terbuka. Afwan jiddan
Ummi.
Entah
angin apakah yang membawa Ananda menulis surat ini. Tentu Ummi kenal, Nanda bukanlah seorang penyair
yang mampu membawa suasana menjadi
nyaman.
Nanda jua bukan
pujangga yang mampu meramu kata menjadi bermakna. Menulis kata-kata yang Nanda
rasa begitu rumit merangkainya. Tetapi, dari mana mulanya kekuatan itu, Nanda
selalu bersyukur kepada Allah. Ummi, dalam surat ini, perkenankanlah sejenak
untuk mendengarkan curahan hati Nanda. Sejak Ananda tak lagi tinggal bersama
lindungan Ummi, baru tersadar jiwa dan rasa Nanda seakan telah terkubur. Bahkan
melepuh tertimbun
panasnya tanah Allah. Ya Ummi, entah pula disaat seperti ini Nanda akan selalu
teringat Ummi. Nanda
merindukan Ummi. Semakin bayangan
Ummi
membekukan ujung syaraf ini, rasanya ridho Nanda terus menangis. Sekedar
menyadari pesona Ummi yang tak pernah Nanda sadari sedari dulu.
Dalam surat Nanda ini, ingin sekali Nanda sampaikan
berbagai uneg-eneg selama jauh dari Ummi. Sekaligus Nanda ingin kembali
mengenang masa-masa Nanda kecil dulu Ummi. Serasa sudah berdebu album hati bila
lama terlupakan. Benar kan Ummi?
Alasan terbesar Nanda tumbuh menjadi lelaki yang
manusiawi adalah berkat didikan Ummi. Semenjak kecil Ummi mendidik Nanda dengan
cara yang berbeda. Bukan melalui media, bukan pula materi. Tetapi dengan
cerita-cerita inspiratif yang mungkin dulu bagi Nanda adalah hal yang biasa.
Tetapi, subhanallah manfaatnya
sekarang begitu besar. Teringat suatu kisah yang Ummi ceritakan bersama Mbak Yu
dulu ketika hari minggu sore.
Dalam kisah itu,
dikisahkan tentang seorang ahli ibadah yang bernama Juraij. Suatu hari ibu
Juraij datang dan memanggil, sementara ia sedang sholat. Maka ia berkata,
“Tuhanku, itulah ibuku, dan aku sedang sholat,” maka ia melanjutkan sholatnya
sehingga ibunya pulang. Esok harinya ibunya datang kembali di waktu Juraij
sedang sholat dan ia tidak menyambut panggilan ibunya lagi. Dia berkata, “Wahai
Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.” Kemudian ibunya datang ketiga
kalinya ketika Juraij sedang sholat. Ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku dan aku
sedang sholat.” Ketika itu marahlah ibu Juraij dan berdoa, “Ya Allah, jangan
matikan ia sehingga melihat wajah wanita pelacur.” Singkat cerita dari kisah
Ummi itu, ternyata tidak memenuhi panggilan ibu ketika beliau memanggil kita
bahkan ketika kita sedang sholat dapat menyebabkan Allah menghukum kita.
Mengingat hal itu, sungguh masih banyak kelalaian Nanda dulu Ummi. Bahkan,
sudah beranjak remaja pun Nanda sering tak menghiraukan ucapan Ummi. Afwan jiddan Ummi.
Ya Ummiku, do’akan selalu keberadaan Nanda disini. Nanda
terus berjuang demi membahagiakan keluarga dirumah. Demi Ummi dan Ayah yang
mungkin senantiasa menantikan prestasi Nanda. Nanda selalu menjaga kesehatan
disini, Nanda tak ingin buat Ummi dan Ayah khawatir. Begitu juga dengan Ummi,
jangan pernah banyak pikiran, kata dokter dulu tekanan darah Ummi tinggi. Nanda
sangat sayang dengan Ummi, Nanda ingin mewujudkan impian Ummi untuk menunaikan
ibadah hajji bila sukses nanti. Juga Ummi tak perlu rentan memikirkan Nanda,
karena Nanda selalu mengingat nasehat Ummi bahwa “kita boleh punya cita-cita
yang tinggi , mau beli ini dan itu tapi hati tetap harus ingat siapa pencipta
kita: Allah Azza Wa Jalla. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Hanya Allah
yang memberi rezeki besar kecilnya,
hingga yang tidak disangka-sangka sekalipun. Tak hentinya Ummi, Nanda meminta maaf
yang sebesar-besarnya. Karena Nanda tak menginginkan menjadi anak yang tak bisa
membahagiakan orang-orang yang berjasa dalam kehidupan Nanda.
“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa
kamaa rabbayaanii shaghiiraa”
Wassalamu’alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.
Dari putramu
tersayang,
Jefri Setyawan
0 komentar:
Posting Komentar