Translate

Quotes

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)

Sabtu, 10 Maret 2012

MENGEJA “LUGHOTUL UMMI”


Pasuruan, 27 Desember 2011
Teruntuk Ummiku Tercinta,
Di-
            Rumah Kerinduanku

Bismillah...
Assalamu’alaikum warakhmatullahi wabarakatuh
Kaifa halk ya bunayya?
Seperti kata langit kepada bumi, seperti ujar timur kepada barat.
Kedua hal yang tak pernah menyatu.
Kedua kata yang tak pernah memahami, bahkan tak bisa menyadari.
Seperti sisi telapak tangan dengan punggungnya begitu bersatu, tetapi tak saling melihat.
Untuk Ummiku dalam hatinya yang penuh keikhlasan. Pahamkah bila Ananda berujar begitu? Atau mungkin Ummi mengira, ini adalah surat yang salah alamat kirim?
Ganjil sekali \Ummi, bila Nanda harus bercerita tentang kita. Karena terbiasa dengan sikap Nanda yang tertutup kepada ummi. Jarang sekali Nanda saling berbagi, bercerita bahkan membicarakan hal pribadi berdua. Tapi, jika ingin Nanda jujur, seperti ungkapan itulah kita. Terutama Nanda yang memang bukanlah anak tak pandai terbuka. Afwan jiddan Ummi.
Entah angin apakah yang membawa Ananda menulis surat ini. Tentu Ummi kenal, Nanda bukanlah seorang penyair yang mampu membawa suasana menjadi nyaman. Nanda jua bukan pujangga yang mampu meramu kata menjadi bermakna. Menulis kata-kata yang Nanda rasa begitu rumit merangkainya. Tetapi, dari mana mulanya kekuatan itu, Nanda selalu bersyukur kepada Allah. Ummi, dalam surat ini, perkenankanlah sejenak untuk mendengarkan curahan hati Nanda. Sejak Ananda tak lagi tinggal bersama lindungan Ummi, baru tersadar jiwa dan rasa Nanda seakan telah terkubur. Bahkan melepuh tertimbun panasnya tanah Allah. Ya Ummi, entah pula disaat seperti ini Nanda akan selalu teringat Ummi. Nanda merindukan Ummi. Semakin bayangan Ummi membekukan ujung syaraf ini, rasanya ridho Nanda terus menangis. Sekedar menyadari pesona Ummi yang tak pernah Nanda sadari sedari dulu.
Dalam surat Nanda ini, ingin sekali Nanda sampaikan berbagai uneg-eneg selama jauh dari Ummi. Sekaligus Nanda ingin kembali mengenang masa-masa Nanda kecil dulu Ummi. Serasa sudah berdebu album hati bila lama terlupakan. Benar kan Ummi?
Alasan terbesar Nanda tumbuh menjadi lelaki yang manusiawi adalah berkat didikan Ummi. Semenjak kecil Ummi mendidik Nanda dengan cara yang berbeda. Bukan melalui media, bukan pula materi. Tetapi dengan cerita-cerita inspiratif yang mungkin dulu bagi Nanda adalah hal yang biasa. Tetapi, subhanallah manfaatnya sekarang begitu besar. Teringat suatu kisah yang Ummi ceritakan bersama Mbak Yu dulu ketika hari minggu sore.
 Dalam kisah itu, dikisahkan tentang seorang ahli ibadah yang bernama Juraij. Suatu hari ibu Juraij datang dan memanggil, sementara ia sedang sholat. Maka ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku, dan aku sedang sholat,” maka ia melanjutkan sholatnya sehingga ibunya pulang. Esok harinya ibunya datang kembali di waktu Juraij sedang sholat dan ia tidak menyambut panggilan ibunya lagi. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.” Kemudian ibunya datang ketiga kalinya ketika Juraij sedang sholat. Ia berkata, “Tuhanku, itulah ibuku dan aku sedang sholat.” Ketika itu marahlah ibu Juraij dan berdoa, “Ya Allah, jangan matikan ia sehingga melihat wajah wanita pelacur.” Singkat cerita dari kisah Ummi itu, ternyata tidak memenuhi panggilan ibu ketika beliau memanggil kita bahkan ketika kita sedang sholat dapat menyebabkan Allah menghukum kita. Mengingat hal itu, sungguh masih banyak kelalaian Nanda dulu Ummi. Bahkan, sudah beranjak remaja pun Nanda sering tak menghiraukan ucapan Ummi. Afwan jiddan Ummi.
Ya Ummiku, do’akan selalu keberadaan Nanda disini. Nanda terus berjuang demi membahagiakan keluarga dirumah. Demi Ummi dan Ayah yang mungkin senantiasa menantikan prestasi Nanda. Nanda selalu menjaga kesehatan disini, Nanda tak ingin buat Ummi dan Ayah khawatir. Begitu juga dengan Ummi, jangan pernah banyak pikiran, kata dokter dulu tekanan darah Ummi tinggi. Nanda sangat sayang dengan Ummi, Nanda ingin mewujudkan impian Ummi untuk menunaikan ibadah hajji bila sukses nanti. Juga Ummi tak perlu rentan memikirkan Nanda, karena Nanda selalu mengingat nasehat Ummi bahwa “kita boleh punya cita-cita yang tinggi , mau beli ini dan itu tapi hati tetap harus ingat siapa pencipta kita: Allah Azza Wa Jalla. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Hanya Allah yang  memberi rezeki besar kecilnya, hingga yang tidak disangka-sangka sekalipun. Tak hentinya Ummi, Nanda meminta maaf yang sebesar-besarnya. Karena Nanda tak menginginkan menjadi anak yang tak bisa membahagiakan orang-orang yang berjasa dalam kehidupan Nanda.
 “Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”
Wassalamu’alaikum warakhmatullahi wabarakatuh.

Dari putramu tersayang,
Jefri Setyawan





0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites