Translate

Quotes

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
(Pramoedya Ananta Toer)

Kamis, 16 Februari 2012

Keinginan Kecil Di Celah Sadar




Aku sangat bangga memiliki ayah sepertinya. Kerap teman-teman pramukaku mengharap untuk menjadi anak seorang bapak pandu dunia. "Andaikan gue anak Mr. Lord Baden Powell, pasti gue menangin berbagai kejuaraan kayak loe" ujar Christine ketika hari ini aku kembali menyabet juara pertama kepemimpinan pramuka. Kalau dibilang senang tentu sangat senang. Tapi harapanku bukan aku menang semata-mata anak Papa. Dibalik kemenanganku, banyak sekali anggapan aku menang karena pamor papa. Ah, mereka tak jadi seperti aku. Mereka tak merasakan betapa besarnya usahaku. Rupanya papa telah menungguku di pelataran Rinkaby. Sambil mengangkat medali yang aku dapat, papa tak henti-hentinya berteriak kencang. Papa memelukku. Di sampingnya teman-temanku juga bernasib sama, ikut merasakan kemenanganku. Itu otomatis traktiran besar menunggu setelah apa yang kujanjikan pada mereka beberapa jam lalu. "Papa sudah yakin, anak papa pasti menang," lagi-lagi perkataan yang sama kuterima setiap kemenanganku. Kurasakan teman timku mengangkat tubuh kecil ini. Mereka mengarakku memutari lapangan perkemahan Rinkaby. Sedangkan papa masih tetap lengket di pinggir pohon eve yang sesekali memberi semangat pada pemenang lain. Sesekali ia layangkan senyumannya padaku. Aku mengambil slayer pramukaku dan kukibas-kibaskan ke angkasa. Ku ambil topiku dan kupakaikan pada Christine. Ketika tersadar, gadis cantik itu berevolusi menjadi sosok yang menyeramkan. Aku memberikan kode pada teman dibawah untuk berhenti. Alhasil, bukannya berhenti malah semakin kencang. Kutengok mereka. Tidak!!! Mereka juga sama seperti Christine, tubuhnya mirip monster di film Resident Evil. Di depan mataku terlihat turbulensi hitam yang siap melenyapkanku. Aku tengok arah belakang, papa masih tersenyum padaku. Namun, senyum itu lebih mengartikan senyum kebengisan. Kucoba menggeliatkan badan berharap lepas dari angkatan para monster nemesis. Namun sosok Christine tadi kini mencabik lenganku. Tubuhku terguncang akibat cabikannya. Kurasa ada racun yang menginveksi hingga membuat badanku lemas perlahan. Di sisa tenaga aku menendang Christine jadi-jadian itu. Kali ini aku berhasil lepas dari belenggu para Nemesis bengis itu. Aku terjatuh dari cengkeraman mereka. "Sakiiiittt!!!!!," pekikku keras. Kumendengar banyak langkah yang menghampiriku. Baru tersadar aku terjatuh dari ubin musholla. Syukurlah, apa yang aku alami barusan hanyalah mimpi. Baru kali ini tidur begitu lelap sampai harus mimpi buruk. Aku ingat kalau aku sempat beristirahat di sini karena di dalam tenda saat siang panasnya minta ampun. Terlihat Christine masih cekikikan mendapati aku masih duduk di atas tanah. Suasananya mimpi itu pas sekali dengan jambore pramuka. Ah, semua orang melihat dengan tatapan seakan aku adalah monyet yang tengah gagal beratraksi. Malu! Malu! Malu!. Kulihat jam ditanganku menunjukkan pukul 2 siang. Itu berarti 30 menit lagi penutupan jambore nasional pramuka akan ditutup. Dan semoga aku mendapatkan juara seperti apa yang ada dalam mimpiku. Setidaknya Christine yang cantik itu tak berubah menjadi monster Resident Evil. Semoga.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites