Saudara/i ku seiman yang dirahmati Allah. Sungguh tak sekali pun
kudengarkan muhadharah ini kecuali saya dalam keadaan berlinang airmata, saya
terjemahkan untuk kita semua, moga kecintaan pada Ibu selalu diingatkan oleh
Allah dalam hati-hati kita selama beliau masih bersama kita..
Ilustrasi |
Suatu hari seorang wanita duduk santai bersama suaminya, pernikahan mereka
berumur 21 tahun, mereka mulai mengobrol dan ia bertanya kepada suaminya, ”Tidakkah engkau ingin keluar makan malam bersama seorang wanita?”. Suaminya
kaget dan berkata,” Siapa? Saya tak memiliki anak juga saudara”. Wanita itupun
kembali berkata,” Bersama seorang wanita yang selama 21 tahun tak pernah kau
temani makan malam”. Tahukah kalian siapa wanita itu??
Ibunya…
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلا
كَرِيمًا
* وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا
كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.
(Al Isra’: 23-24)
Wanita itu
berkata pada suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu
walau sejenak saja, hubungilah beliau, ajak makan malam berdua. Luangkan
waktumu untuknya”, suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.
Maka hari
itu juga ia menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata “ Ibu, bagaimana
menurut Ibu jika kita habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya
akan menjemput ibu, bersiaplah.” Ibunya heran, ”Anakku, apakah terjadi sesuatu
padamu?” jawabnya. ” Tidak ibu,” berulang kali sang ibu bertanya.
“Ibu,
malam ini saya ingin keluar bersamamu.” Mengherankan! Ibunya begitu tak percaya
namun sangat bahagia.
“Mungkin
kita bisa makan malam bersama, bagaimana menurutmu?” Ibunya kembali bertanya,
”Saya keluar bersamamu anakku?”
Ilustrasi |
Ibunya
seorang janda, ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya
setalah 21 tahun pernikahannya. Hal yang sangat menggembirakannya, begitu lama
waktu telah berlalu ia dalam kesendirian, dan datanglah hari ini, anaknya
menghubunginya dan mengajaknya bersama. Seolah tak percaya, dia pun bersiap jauh
sebelum malam tiba. Tentu, dengan perasaan bahagia yang meluap-luap! Ia menanti
kedatangan anaknya.
Laki-laki
itupun bercerita: “Setibaku di rumah menjemput ibu, kulihat beliau berdiri di
depan pintu rumah menantiku”
Wanita
tua… menantinya di depan pintu!
Dan ketika
beliau melihatku, segera ia naik ke mobil. Saya melihat wajahnya yang dipenuhi
kebahagiaan, beliau tertawa dan memberi salam padaku, memeluk dan menciumku, dan
berkata: "Anakku, tidak ada seorang pun dari keluargaku, tetanggaku yang tidak mengetahui
kalau Ibu keluar bersamamu malam ini, saya telah memberitahukan pada mereka
semua dan mereka menunggu cerita Ibu sepulang nanti”
Lihat
bagaimana jika seorang anak mengingat ibunya!
Sebuah
syair berbunyi :
Apakah yang
harus kulakukan agar mampu membalas kebaikanmu?
Apakah yang
harus kuberikan agar mampu membalas keutamaanmu?
Bagaimanakah
kumenghitung kebaikan-kebaikanmu ?
Sungguh dia
begitu banyak.. sangat banyak.. dan terlampau banyak!
Dan kami
pun berangkat, sepanjang jalan saya pun bercerita dengan ibu, kami mengenang
hari-hari yang lalu.
Setiba di
restoran, saya baru menyadari bahwa baju yang dikenakan ibu adalah baju
terakhir yang Ayah belikan untuknya, setelah 21 tahun saya tak bersamanya tentu
pakaian itu terlihat sangat sempit, dan saya pun terus memperhatikan ibuku.
Kami duduk
dan datanglah seorang pelayan menanyakan menu makanan yang hendak kami makan,
kulihat ibu membaca daftar menu dan sesekali melirik kepadaku, akhirnya
kupahami kalau ibuku tak mampu lagi membaca tulisan di kertas itu. Ibuku sudah
tua dan matanya tak bisa lagi melihat dengan jelas.
Kubertanya
padanya,”Ibu, apakah engkau mau saya bacakan menunya?” Beliau segera
mengiyakan dan berkata, “Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya
yang membacakan daftar menu untukmu, sekarang kau membayar utangmu anakku, kau
bacakanlah untukku”
Maka
sayapun membacakan untuknya, dan demi Allah, kurasakan kebahagiaan merasuki
dadaku.
Beberapa
waktu datanglah makanan pesanan kami, saya pun mulai memakannya. Tapi ibuku tak
menyentuh makanannya, beliau duduk memandangku dengan tatapan bahagia. Karena
rasa gembira beliau merasa tak selera untuk makan.
Dan ketika
selesai makan, kami pun pulang, dan sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian
seperti ini setelah bertahun-tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun
lamanya.
Setiba di
rumah, kutanyakan padanya: “Ibu, bagaimana menurutmu kalau kita mencari waktu
lain untuk keluar lagi?” beliau menjawab,” Saya siap kapan saja kau memintaku!”
Maka
haripun berlalu, Saya sibuk dengan pekerjaan, dengan perdagangan dan terdengar
kabar Ibuku jatuh sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah kujanjikan.
Hari terus berlalu dan sakitnya kian parah. Dan… Ibuku meninggal dan tak ada
malam kedua yang kujanjikan padanya.
Setelah
beberapa hari, seorang laki-laki menelponku, ternyata dari restoran yang dulu
kudatangi bersama ibuku. Dia berkata,”Anda dan istri Anda memiliki kursi dan
hidangan makan malam yang telah lunas”
Kami pun ke
restoran itu, setiba disana, pelayan itu mengatakan bahwa Ibu telah membayar lunas
makanan untuk saya dan istri. Dan menulis sebuah surat berbunyi :
iIlustasi |
“Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir bersamamu untuk kedua kalinya. Namun, saya telah berjanji padamu, maka makan malamlah dengan uangku, saya berharap istrimu telah menggantikanku untuk makan malam bersamamu”
Saya
menangis membaca surat ibuku…dimana saya selama ini? dimana cintaku untuk
Ibu?
Selama 21 tahun….
….dikisahkan
kembali dari muhadharah syekh Nabil al ‘audhy-hafizhahullahu ta’ala-
Zilzaal
R.A
0 komentar:
Posting Komentar