ADUUUUUHHH...!!!
Oleh: Jef Kenzie
Suatu pagi Upin bangun terlambat, padahal Ibunya sudah membangunkannya berkali-kali, “Upin, ayo sarapan dulu, ini sudah siap.”
Upin bangun dengan malas, mencuci muka dan menyantap sarapannya. Dengan buru-buru dia menyiapkan tas sekolahnya dan segera berangkat, takut kalau-kalau terlambat masuk kelas. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30. Biasanya dia sudah sampai di gerbang sekolah.
Ditengah perjalanan, dia bertemu teman bermainnya, Ipin. Ipin berjalan sambil mengantuk. Sama seperti dirinya yang berjalan gontai tak ada semangat.
“Ipin, tunggu!” teriak Upin.
“Aku malas sekolah Upin,” kata Ipin ketika mereka sudah berjalan berdampingan. Ipin mengeluarkan kelereng dari sakunya. Mata Upin bersinar-sinar melihat kelereng yang dibawa Ipin. Seketika itu mereka melupakan guru, kelas dan pelajaran di sekolah. Mereka bermain kelereng di jalan.
Sampai akhirnya sebuah kelereng yang dilempar Upin menggelinding jauh menabrak batu di tebing dan meluncur jatuh ke pantai. Mereka mencari kelereng itu sepanjang hamparan pasir, tapi sia-sia. Karena kelelahan mereka memutuskan untuk beristirahat. Tapi tiba-tiba mata Upin menangkap sebuah perahu yang sedang ditambatkan, dan dia segera mempunyai ide.
“Pin, ke perahu itu yuk, pasti enak!” tunjuk Upin pada perahu kecil di depan mereka. Tapi sayang perahu itu terlalu jauh. Mereka mencari pohon dan mematahkan dahannya untuk menarik perahu ke tepi. Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya mereka berhasil menarik perahu itu ke tepi.
Upin naik dulu kemudian membantu Ipin naik.
“Aduuuh, bagaimana kalau ketahuan Pak Guru?” tanya Ipin cemas.
“Jangan pikirkan Pak Guru, beliu takkan sampai bermain ke sini,” sahut Upin.
Akhirnya mereka beristirahat di bawah sinar matahari dan mereka sangat senang ketika ikan-ikan memberi salam. Burung camar pun datang dan berteriak-teriak di sekeliling mereka. Cuaca yang indah hingga barisan awan kian silih berganti menyapa. Sekolah dan Pak Guru telah terlupakan. Upin mendayung dengan gembira sementara Ipin yang memegang kemudi. Tanpa terasa mereka semakin ke tengah.
Tak berapa lama Upin merasa lapar dan dia segera membuka bekalnya. Dengan lahap dia memakan semua bekalnya dan melupakan dayungnya. Ketika ombak besar datang, salah satu dayung mereka hanyut terbawa ombak. Upin dan Ipin berusaha mengambil, tapi sia-sia. Saat itulah mereka baru sadar, kalau mereka telah jauh dari pantai dan kehilangan salah satu dayung perahu.
Tapi Ipin tak pantang menyerah, ia punya akal. Dia mengambil saputangannya dan mengikatkannya pada dayung yang tidak hanyut. Mereka memegang dayung dengan berdiri di perahu, berharap ada orang yang akan melihat. Saat itu mereka semakin jauh dari pantai.
Sampai mereka tidak kuat lagi membawa dayung, belum ada yang menyelamatkan mereka. Sementara matahari mulai tenggelam dan mereka sudah tidak bisa melihat daratan lagi.
Pada saat itu, Pak Bernard sedang bertugas di Mercusuar. Dia mengambil teleskop, melihat-lihat ke laut. Akhirnya dia melihat saputangan yang terikat pada dayung.
“Itu pasti perahu yang terbawa ombak,” katanya. Dia turun dan membawa keranjang berisi apel, limun, roti dan biskuit, kemudian meletakkannya dalam perahunya. Dia juga membawa beberapa selimut tebal. Dengan bantuan lentera yang ada di perahunya dia mendayung perahunya menuju perahu Upin dan Ipin. Ketika Pak Bernard berhasil mencapai perahu Upin dan Ipin, mereka sudah sangat ketakutan. Tapi mereka lega karena tidak perlu berenang ke pantai. Pak Bernard membantu mereka naik ke perahunya, dan menyelimuti mereka dengan selimut yang tebal. Dia mengikat perahu Upin dan Ipin ke perahunya dan mulai mendayung pulang sambil tak lupa memberi dua anak itu makanan.
“Pak Bernard sangat baik hati,” ujar Upin dan Ipin dalam hati.
Sesampainya di Mercusuar, Pak Bernard menelepon kedua orangtua Upin dan Ipin. Mereka sangat senang dan berterima kasih kepada Pak Bernard. Tak berapa lama mereka datang dan membawa pulang Upin dan Ipin, yang selalu bersin karena kedinginan.
Selama satu minggu Ipin dan Upin tidak bisa pergi ke mana-mana, karena mereka masih sakit dan harus minum obat. Sekarang mereka sadar, kalau perbuatan mereka salah dan mereka berjanji tak akan mengulangi lagi.
“Aku janji...!!!” ucap keduanya di rumah masing-masing.
0 komentar:
Posting Komentar